Contoh Karya Ilmiah Pembelajaran di SD dalam Jurnal Ilmiah

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA SD PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Djahrudin (jah@mail.ut.ac.id)
Kusnadi (koes@mail.ut.ac.id)
Rhini Fatmasari (riens@mail.ut.ac.id)

ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the use of telling stories to enhance students’ motivation in learning social sciences courses. Two elementary schools in Jakarta purposely chosen for this research based on their status as core schools for neighboring elementary schools as well as the teachers being certified instructors for social sciences courses. From each chosen school, one of fourth, fifth, and sixth grades class were randomly selected as samples. This research implemented three cycles of learning, each contains of planning, learning activities, observation, and reflection. Data were gathered through observation of
learning activities in classes, interviews with teachers, and test for students. The research shows that story telling in social sciences courses increase students ability to solve problems. In addition, teachers show significant improvement in their ability of telling stories related to social courses material.

Keywords: learning strategies, Problem Solving Models, Classroom Action Research.


Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat.
Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas sosial di masyarakat tempat mereka berada. Adalah suatu kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan formal di sekolah.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah tidak hanya berfungsi mengembangkan
kecerdasan anak tetapi juga mengembangkan kepribadian. Hal itu tertuang dalam Undang-undang (UU) RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut.
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri , dan menjadi warga negara
yang demokratis sertra bertanggung jawab”. (hal. 7)
Selanjutnya dalam UU Nomor 20/2003 ditegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan pada
Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam konteks masyarakat yang berkeadaban berdasarkan nilai dan moral Pancasila serta dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu komponen untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui Ilmu Pengetahuan Sosial dalam bentuk mata pelajaran IPS terpadu untuk SD.

Dari hasil pengamatan pada beberapa SD di Jakarta Timur tampak bahwa soal pelajaran
IPS yang kurang dikuasai oleh sebagian besar siswa adalah soal cerita. Hal ini disebabkan siswa kurang cermat membaca dan kurang memahami kalimat demi kalimat dan siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan soal dengan tepat dan benar. Pengamatan ini terlihat dari uji coba soal dengan menggunakan soal cerita yang diberikan pada tiga SD yang merupakan sampel di wilayah Jakarta Timur. Bagi sebagian besar guru IPS SD di wilayah Jakarta Timur, memberikan soal IPS yang
berkaitan dengan soal cerita bukanlah hal yang mudah. Seringkali siswa yang telah memahami topik IPS secara teoristis mengalami kesulitan ketika bentuk soal atau permasalahan disajikan dalam bentuk cerita. Sementara itu, dalam kurikulum Pendidikan Dasar 1994, fungsi pengajaran IPS adalah mempersiapkan anak didik agar dapat menjadi warga masyarakat yang demokratis dalam kehidupan sehari-hari melalui latihan yang praktis, bervariasi, dan aplikatif. Di sisi lain ada sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca teks bahasa Indonesia. Sementara itu, siswa akan lebih mudah mencerna soal cerita IPS kelas III sampai VI SD apabila siswa mampu membaca teks dengan baik dan benar, mengerti maksud cerita yang ada di dalamnya, serta memahami gambar yang ada.
Bagi sebagian besar guru IPS SD, mengajarkan materi IPS yang berkaitan dengan kemampuan siswa memahami soal uraian bukanlah hal yang mudah. Meskipun banyak siswa yang telah mampu memahami topik IPS secara teoritis, akan tetapi banyak mengalami kesulitan ketika bentuk soal atau permasalahan disajikan dalam bentuk soal uraian. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu memberikan materi yang mudah diterima oleh siswa. Di samping itu pula, hendaknya guru memberikan contoh yang kongkret dan jelas berkaitan dengan materi soal berbentuk uraian. Bila upaya tersebut dapat dilakukan dengan baik, diharapkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
IPS juga akan meningkat.
Berdasarkan situasi tersebut, dilakukan penelitian untuk mengembangkan strategi
pembelajaran yang efektif dalam memahami materi IPS bagi siswa SD. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan Guru IPS kelas III,IV,V dan VI SD (sampel). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi.
Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia dengan menerapkan konsep dan
aturan yang diperoleh sebelumnya (Dahar, 1996). Lebih lanjut, Dahar mengatakan bahwa
kemampuan memecahkan masalah pada dasarnya merupakan tujuan utama proses pendidikan.
Memecahkan masalah adalah menemukan langkah untuk melintasi kesenjangan yang ada.
Pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan dan mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dapat dicapai. Lebih lanjut Polya (1973) mengemukakan bahwa di dalam IPS terdapat dua macam masalah yaitu masalah untuk menemukan dan masalah untuk membuktikan. Kemampuan ini akan membantu siswa dalam memecahkan masalah. John Dewey seperti dikutip Suyanto (1996) mengemukakan lima langkah utama dalam pemecahan masalah yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui bahwa ada masalah yakni kesadaran adanya kesukaran, rasa putus asa, keheranan atau keragu-raguan.
2. Mengenali masalah yakni klasifikasi dan definisi pemberian tanda pada tujuan yang dicari.
3. Menggunakan pengalaman yang lalu, misalnya informasi yang relevan, penyelesaian soal yang lalu atau gagasan untuk merumuskan hipotesa dan proposisi pemecahan masalah.
4. Menguji secara berturut-turut hipotesa atau kemungkinan- kemungkinan penyelesaian, bila perlu masalahnya dapat dirumuskan kembali.
5. Mengevaluasi penyelesaian dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa yang disebut dengan pemecahan masalah
adalah suatu usaha yang dilakukan dengan berbekalkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk memulihkan situasi yang tidak diharapkan menjadi situasi yang diharapkan. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh melalui proses belajar. Belajar sebagai suatu proses yang berkelanjutan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Suryabrata (1995) ada dua faktor utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor sosial dan
faktor non sosial) serta faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor psikologis dan fisiologis).
Penelitian ini dilaksanakan pada dua SD di wilayah Jakarta Timur. Pemilihan sampel
didasarkan pada pertimbangan karena SD tersebut merupakan SD inti dan menjadi acuan bagi SD yang berada di sekitarnya dan guru-guru yang ada merupakan instruktur untuk mata pelajaran IPS.
Ada dua faktor yang akan diamati dalam penelitian tindakan ini, yaitu cara pemecahan masalah yang tepat dan mudah dimengerti siswa dalam soal uraian bagi pelajaran IPS dan upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas 3 sampai 6 SD.
Penelitian ini melibatkan teman sejawat guru yang diamati, yang berperan sebagai pengamat pada saat guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dan mencatat jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman dan lembar observasi. Selanjutnya hasil pengamatan didiskusikan bersama sebagai bahan masukan refleksi dan dijadikan sebagai saran dalam melakukan langkah selanjutnya. Setelah langkah-langkah tersebut dilaksanakan, guru dan pengamat dapat melakukan revisi kegiatan pembelajaran di kelas.
Prosedur penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam tiga siklus, yaitu siklus pertama, siklus kedua dan siklus ke tiga. Pada tiap siklus dilaksanakan Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan , Observasi dan Refleksi (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999). Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk tiap siklus adalah sebagai berikut.

1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.
1. Membuat skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar IPS anak;
2. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran tersebut
ketika diterapkan;
3. Mendesain penilaian untuk melihat sejauhmana kemajuan yang telah dicapai.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
c. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini.
Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang
diterapkan dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Hasil analisis data yang
dilaksanakan dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus
berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Siklus Pertama
Dalam tahap ini peneliti dan guru melakukan perencanaan perbaikan pembelajaran sebagai berikut. Tindakan pada siklus pertama diawali dengan kegiatan pra observasi dan diskusi dengan maksud untuk melihat secara lebih jelas permasalahan yang dihadapi. Fokus utamanya adalah mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dimana siswa masih menunjukkan tanda-tanda yang sifatnya pasif, yaitu tidak menunjukkan reaksi dalam menerima pelajaran dalam mengerjakan soal-soal pemecahan masalah dalam pelajaran IPS. Salah satu faktor penyebabnya adalah contoh atau soal pemecahan masalah yang diberikan guru kurang menarik
bahkan penjelasan yang diberikan kurang dimengerti oleh siswa.
Pada siklus pertama ini diberikan cara menyelesaikan soal pemecahan masalah dengan
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut: Pertama, menganalisis
masalah, kedua membuat alternatif pemecahan masalah, ketiga mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan masalah, dan keempat penerapan solusi dan rencana tindak lanjut . Hal ini dapat dilihatdalam penyelesaian soal cerita untuk kelas enam sebagai berikut.
Sampah
Pernahkah kita menghitung sudah berapa banyak sampah yang kita buang dalam
sehari? Sisa makanan, kertas, barang-barang dari plastik, kain-kain bekas, tisu,
botol-botol, bahkan mungkin sampai mainan-mainan atau peralatan rumah dan
kendaraan yang tak terpakai lagi serta masih banyak lagi. Jika kita sedang jalanjalan, coba lihat tempat sampah di wilayah pertokoan. Tempat sampah di sana
mungkin jadi menggunung dengan kardus-kardus bekas, kemasan styrofoam, kantong plastik, sisa-sisa makanan dari restoran, dan lain sebagainya. Lalu coba kita
tengok tempat sampah di rumah sakit. Volumenya mungkin sama besarnya, tetapi
sampahnya lebih banyak terdiri dari perban bekas, obat-obatan tak terpakai, botolbotol infus dan sebagainya. Diperkirakan bahwa rata-rata penduduk di kota
membuang sampah sebanyak 1 - 2 kg sehari. Bagaimana kehidupan masyarakat
kita ke depan, jika persoalan sampah tidak segera diselesaikan. Permasalahan
sampah bukan hanya berdampak pada persoalan lingkungan, tetapi juga telah
menimbulkan kerawanan sosial dan bencana kemanusiaan. (sumber: http://www.
e-smartSchool.com)
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung partisipasi dan motivasi belajar siswa dalam pembahasan soal pemecahan masalah IPS terlihat masih kurang. Peneliti melihat beberapa hal yang berkaitan dengan pembelajaran di kelas sebagai berikut.
1. Dilihat dari metode yang digunakan oleh guru, pada saat menerangkan soal cerita guru hanya menyampaikan pembelajaran satu arah, guru lebih mendominasi proses pembelajaran tanpa memberi kesempatan kepada siswa ikut serta berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
2. Dilihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, pada saat guru menerangkan pelajaran banyak siswa yang kurang memperhatikan. Hanya beberapa siswa yang memperhatikan keterangan yang diberikan oleh guru, terlihat dari kegiatan mereka, seperti menulis tapi tidak jelas apa yang ditulis, berbicara dengan teman sebangku, dan ada yang mengantuk. Hal ini terjadi karena guru tidak mengikut sertakansiswa dalam pembahasan materi.
3. Evaluasi yang diberikan guru, Agar dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran tersebut guru melakukan koreksi dan memperbaiki strategi pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk melakukan latihan sendiri tidak hanya memperhatikan contoh yang diberikan oleh guru, sehingga mampu melakukan sendiri. Strategi yang diterapkan untuk memotivasi siswa agar dapat menyelesaikan soal IPS dengan bentuk soal pemecahan masalah adalah melalui diskusi, kerja kelompok dan pemberian tugas sehingga dapat menemukan cara mengerjakan soal pemecahan masalah dengan mudah.
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah
pemecahan masalah pada siklus pertama dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berdasarkan informasi dan saran dari para peneliti dan teman sejawat guru, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada kegiatan selanjutnya yakni pada siklus kedua sebagai siklus lanjutan, terutama masalah cara atau strategi, media yang digunakan, dan waktu pelaksanaan perlu mendapat perhatian. Pada saat dilakukan tindakan refleksi siklus pertama, guru pengamat memberikan saran perbaikan pada hal-hal sebagai berikut.
1. Pemahaman terhadap masalah soal pemecahan masalah. Dalam hal ini hendaknya guru
menyajikan masalah dengan lebih jelas seperti memberikan keterangan lebih rinci mengenai manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh sampah bagi kehidupan, kemudian guru dapat memberikan salah satu topik mengenai kerugian sampah bagi kehidupan manusia. Setelah itu guru merumuskan masalah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Pembuatan rencana pemecahan masalah, guru harus membuat beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain: mengindentifikasi jenis sampah (sampah organik dan non organik), dan membuat prosedur kerja untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah.
3. Pelaksanaan rencana pemecahan masalah. Pelaksanaan pemecahan masalah hendaknya
disesuaikan dengan alternatif pemecahan masalah dengan prosedur kerja dan langkah-langkah yang telah dibuat. Pertama, menganalisis masalah, kedua membuat alternatif pemecahan masalah, ketiga mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan masalah, dan keempat penerapan solusi dan rencana tindak lanjut .
4. Peninjauan kembali hasil pemecahan masalah, hendaknya guru mengadakan interpretasi jawaban melalui perwujudan kembali, memeriksa jawaban yang diperoleh dan mengevaluasi kembali langkah-langkah pengerjaan secara keseluruhan,
5. Pada saat dilakukan evaluasi ada beberapa siswa yang melihat jawaban temannya, disarankan agar guru lebih cermat dalam memperhatikan siswa dan melarang siswa mencontoh jawaban temannya.

Siklus Kedua
Dalam siklus ke dua ini keterlibatan guru pengamat sudah lebih kompleks, tidak hanya
sebagai pengamat tetapi sekaligus ikut membantu memberikan masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya. Hal ini terlihat dalam kolaborasi melakukan pengamatan dan mencatat segala proses kegiatan yang terjadi di dalam kelas. Hasil pengamatan dan catatan ini didiskusikan pada akhir pertemuan pelajaran untuk mengadakan evaluasi dan membuat suatu kesimpulan serta memberikan saran tindakan apa yang selanjutnya akan dilakukan.
Pengamatan dilakukan dalam penyelesaian soal dengan menggunakan langkah-langkah
pemecahan masalah soal cerita pada kelas enam.

Udara
Udara adalah kumpulan/campuran gas, yang terbanyak adalah nitrogen dan oksigen. Oksigen sangat penting untuk mendukung kehidupan makhluk hidup. Nitrogen merupakan penyubur tanaman. Bakteri menggunakan nitrogen dari udara untuk menyuburkan tanah. Udara juga melindungi bumi dari radiasi berbahaya yang berasal dari ruang angkasa. Apa yang akan terjadi jika udara yang kita hirup kotor?
Udara yang kotor bisa membuat kita sakit atau cacat, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Penyakit yang ditimbulkan dari polusi udara di antaranya adalah
gangguan sistem pernapasan, TBC dan penyakit lainnya. Oleh karena itu kita harus
selalu menjaga lingkungan agar kualitas udara di bumi ini terjaga. Apa yang dimaksud kualitas udara? Kualitas udara adalah mutu atau tingkat kebaikan udara
menurut sifat-sifat unsur pembentuknya. Udara disebut berkualitas rendah bila sifat
unsur-unsur pembentuknya membahayakan atau merusak. Udara kotor juga menjadi penyebab dari rendahnya kualitas air hujan. Air hujan yang jatuh pada tempat yang udaranya kotor akan membawa racun-racun yang melayang ke tanah, menjadikan genangan air hujan tidak lagi bersih. Di beberapa tempat yang tingkat pencemarannya tinggi, hujan yang jatuh sering disebut hujan asam karena sifat keasamannya yang tinggi dan sangat merusak.
Untuk membahas soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan udara, ada beberapa
langkah yang dilakukan oleh guru, yaitu sebagai berikut.
1. Membagikan soal pemecahan masalah kepada setiap siswa.
2. Memberikan soal yang harus diselesaikan oleh siswa, berkaitan dengan masalah udara yaitu “bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh siswa sebagai salah satu anggota masyarakat untuk mengurangi polusi udara?”
3. Membimbing siswa secara bersama-sama untuk menyelesaikan masalah yang diajukan sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian masalah.
Dari hasil pengamatan, pada saat menjelaskan langkah-langkah menyelesaikan soal
pemecahan masalah IPS guru belum mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam soal, secara jelas. Penyajian masalah dalam bentuk soal pemecahan masalah IPS belum sesuai dengan langkahlangkah pemecahan masalah, begitu juga dalam merumuskan masalah masih menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari siswa. Demikian pula halnya dengan rencana pembelajaran IPS belum menunjukkan hal yang runtut sesuai dengan langkah pemecahan masalah.
Partisipasi siswa selama pembelajaran IPS pada umumnya masih belum menunjukkan
suasana belajar yang positif. Keterlibatan mereka dalam menjawab pertanyaan guru, mengerjakan tugas, menanggapi jawaban siswa lain, mengajukan pertanyaan, dan partisipasi siswa secara umum masih belum menunjukkan keterlibatan secara emosional tetapi masih terlihat secara verbal, sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam menyelesaikan soal belum muncul selama proses pembelajaran.
Dalam siklus ini, dibuat suatu rencana pembelajaran dengan membentuk formasi yang
berbeda dengan hari-hari biasa. Misalnya dengan membentuk formasi hurf U. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing kelompok beranggotakan rata-rata lima siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus ini, sudah dibicarakan sebelumnya dengan para guru pengamat. Sekaligus dibahas juga tentang perubahan formasi tempat duduk siswa dalam kegiatanpembelajaran tersebut. Setelah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dalam siklus ini, maka diadakan revisi untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Kemampuan guru menjelaskan langkah-langkah penyelesaian soal pemecahan masalah dan partisipasi siswa selama pembelajaran IPS yang diamati pada siklus dua dapat dilihat pada Lampiran 2.
Hasil refleksi menunjukkan bahwa pada siklus kedua guru telah melakukan perbaikanperbaikan yang disarankan sebagai kekurangan pada siklus sebelumnya. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah IPS dengan langkah-langkah pemecahan masalah mulai menunjukkan perbaikan, dan perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya.
Saran yang perlu diperhatikan adalah dalam membuat rencana pemecahan masalah, siswa
hendaknya diberi kesempatan mencoba menyelesaikan dengan caranya sendiri dan tidak terpaku dengan satu cara. Kemudian guru mengarahkan dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa.
Hasil diskusi antara guru dengan peneliti menunjukkan bahwa siswa lebih aktif dan teliti dalam setiap langkah, apabila soal yang diberikan mampu membangkitkan rasa keingintahuan siswa dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Siklus Ketiga
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh guru dan kolaborator, hasil evaluasi dari siklus pertama dan kedua motivasi siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada kondisi belajar di dalam kelas, misalnya pada pelaksanaan diskusi, terlihat hanya satu dua orang saja yang aktif berbicara ataupun menjawab pertanyaan, sedangkan kelompok pembahas terlihat sibuk dengan obrolannya sendiri. Permasalahan lain yang dihadapi adalah ruang kelas agak
sempit dan berdekatan dengan kelas lain, sering kali kelas yang ramai mengganggu suasana belajar kelas lain. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya.
Dari hasil kesepakatan antara guru dan kolaborator, pada siklus ke tiga ini kegiatan
pembelajaran diskusi kelas dilaksanakan di aula, dengan tujuan agar diskusi siswa tidak menganggu kelas lain yang sedang belajar. Selain itu di aula juga tersedia fasilitas sound sistem dan lebih leluasa membentuk posisi duduk siswa yang harus berkelompok, karena ruangan cukup luas.
Soal yang diberikan dalam siklus ketiga pada kelas enam sebagai latihan yang
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah IPS adalah dengan topik sebagai berikut.

Banjir
Bila musim hujan tiba, umumnya penduduk dan pemerintah di beberapa daerah
menjadi khawatir. Mengapa ? Karena seiring musim hujan, maka banjir pun akan
datang. Apa sebenarnya yang menyebabkan setiap musim hujan tiba selalu terjadi
banjir? Banjir sering terjadi sebagian besar dikarenakan oleh tangan-tangan
manusia juga, di antaranya karena banyaknya sampah yang dibuang sembarangan
ke dalam saluran air (selokan) dan sungai yang menyebabkan selokan dan sungai
menjadi dangkal sehingga aliran air terhambat dan menjadi tergenang. Yang kedua,
dikarenakan tidak adanya saluran air di beberapa jalan raya, sehingga air yang tidak
mengalir dan hanya menggenang di jalan lama kelamaan akan menghancurkan
aspal jalan. Selain dua faktor sebelumnya, faktor lainnya karena tanah sudah tidak
mampu menampung dan menyerap air lagi disebabkan ulah penebang-penebang
pohon di hutan yang tidak menerapkan sistem reboisasi (penanaman pohon kembali) pada lahan yang gundul, sehingga daerah resapan air sudah sangat sedikit. Faktor alam lainnya adalah karena curah hujan yang tinggi sehingga tanah tidak mampu menyerap air.
Setelah guru membagikan soal latihan yang berbentuk soal pemecahan masalah, langkah
berikutnya yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat dalam soal cerita
2. Setelah masalah-masalah teridentifikasi, siswa diminta untuk membuat alternatif pemecahan masalah yang telah terindikasi tersebut.
3. Selanjutnya siswa diminta untuk mengevaluasi setiap alternatif pemecahan masalah yang telah dubuat.
4. Akhirnya siswa melakukan penerapan solusi dari alternatif pemecahan masalah dan rencana tindak lanjut dari solusi yang telah dibuat.
Siswa dibagi dalam empat kelompok diskusi untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Selama diskusi berlangsung guru mengamati segala aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan membimbing kelompok siswa yang mengalami masalah dalam menerapkan langkah-langkah pemecahan masalah. Agar diskusi berjalan dengan baik, setiap kelompok diminta untuk memberikan fungsi dan tugas yang jelas pada setiap siswa agar mengaktifkan setiap anggota kelompok dalam kegiatan diskusi. Siswa yang masih mengalami kesulitan akan dibantu oleh teman kelompoknya dan dibimbing secara langsung oleh guru.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pemecahan masalah IPS pada
siklus ketiga ini telah terjadi pola interaksi yang aktif dan interaktif selama berlangsungnya pembelajaran. Pola interaksi siswa mengarah pada pola multiarah. Ini terjadi antara siswa-siswa, siswa dengan guru atau sebaliknya. Pembelajaran dengan langkah-langkah pemecahan masalah dapat menjadikan siswa lebih teliti walaupun langkah-langkah yang harus ditempuh panjang dan memerlukan waktu cukup lama, sehingga guru perlu persiapan dan perencanaan yang cukup matang.
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah
pemecahan masalah pada siklus ketiga ini dapat dilihat pada lampiran.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan tentang pembelajaran IPS dengan
pendekatan pemecahan masalah dengan objek penelitian di SDN wilayah Jakarta Timur, dapat
disimpulkan lima hal sebagai berikut.
1. Kemampuan guru menjelaskan dengan pemecahan masalah dalam kebermaknaan materi,
mengalami peningkatan dengan baik, peningkatan terjadi terutama pada siklus kedua dan siklus
ketiga.
2. Motivasi selama pembelajaran yang menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah
mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus ketiga. Hal ini terlihat dengan adanya
kesungguhan siswa selama pembelajaran berlangsung, keterlibatan siswa dalam pembelajaran menjadikan kelas tampak hidup dan siswa kelihatan bersemangat, baik dalam menjawab pertanyaan maupun dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
3. Partisipasi siswa selama pembelajaran dari siklus pertama sampai siklus ketiga meningkat secara terus menerus. Keadaan tersebut tercermin pada keterlibatan siswa dalam mengerjakan soal, sehingga dalam kegiatan pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru tetapi siswa sudah aktif mengerjakan soal, baik sendiri maupun secara kelompok.
4. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal IPS dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan menggunakan langkah-langkah penyelesaian menunjukkan hasil yang lebih baik, di samping itu siswa juga dapat menyelesaikan soal dengan benar dan lebih cepat.
5. Kesulitan dalam menerapkan model pengajaran pemecahan masalah dalam pembelajaran IPS di SD wilayah DKI Jakarta terutama terlihat pada kesulitan siswa dalam memahami dan menyelesaikan bentuk soal pemecahan masalah. Sementara guru sendiri masih belum mampu membuat dan menyusun langkah-langkah soal dengan baik dan benar-benar yang dapat mengukur seluruh aspek pemecahan masalah IPS. Di samping itu pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah memerlukan waktu yang relatif lama.

Implikasi
Hasil dari penelitian ini sebenarnya dapat diterapkan secara praktis sebagai tolak ukur seorang pendidik (guru) dalam mendidik siswanya. Mungkin teknik pengumpulan data dan pemecahan masalahnya tidak harus sama, tetapi tujuan akhir penelitian ini tetap sama yaitu perubahan dalam rangka perbaikan pada suatu proses yang sedang berjalan. Penerapan praktis bagi seorang pendidik (guru) dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran di kelas dengan melakukan suatu perubahan untuk perbaikan agar tujuan yang diharapkan tercapai, merupakan tanggung jawab seorang pendidik agar peserta didiknya lebih baik.
Memperbaiki diri merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menunjang
profesionalisme guru dengan cara memperbaiki proses pembelajaran. Guru tidak mudah berpuas diri dengan rutinitas, melainkan selalu dipacu oleh dorongan untuk berbuat lebih baik. Sebagai pekerja profesional guru harus selalu berusaha untuk terus menerus melakukan perbaikan dan menambah keterampilannya, sehingga menampilkan kinerja yang meningkat secara berkesinambungan dari waktu ke waktu.
Dengan kesadaran yang datang dari diri pribadi seorang guru akan lebih mengetahui
kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik yang profesional. Oleh karena itu, peningkatan perbaikan dalam proses pembelajaran oleh guru akan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih aktif.

Saran
Berikut ini empat saran yang dikembangkan untuk memperbaiki tindakan serta peningkatan prestasi belajar IPS, khususnya topik yang berhubungan dengan soal pemecahan masalah di Sekolah Dasar.
1. Dalam mengajarkan bidang studi IPS guru SD hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan, dengan berbagai model pembelajaran untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan materi yang berhubungan dengan soal pemecahan masalah. Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah hendaknya siswa dilatih mengikuti tahapan yang meliputi memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan meninjau kembali hasil pemecahan masalah. Dengan menggunakan cara ini siswa lebih teliti dalam menyelesaikan soal.
2. Dukungan kepala sekolah sangat diharapkan supaya tetap mengupayakan agar guru yang telah memiliki pengalaman pembelajaran pendekatan pemecahan masalah dapat melaksanakan pembelajaran yang baik. Karena pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas yang penting dalam kegiatan belajar IPS.
3. Keterampilan menggunakan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal hendaknya
dipertimbangkan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial pada institusi pendidikan tinggi, karena pemecahan masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran IPS yang dapat membantu menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan soalsoal IPS.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan pemecahan masalah terhadap siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun demikian tidak semua guru mampu menerapkan pendekatan pemecahan masalah pada penyelesaian soal IPS. Oleh karena itu diharapkan dapat diselenggarakan penataran kepada guru Sekolah Dasar tentang pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W.. 1996. Teori-teori belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Penelitian tindakan (Action research). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Polya G. 1973. How to solve it. Zurich: Princeton University Press.
Suryabrata, S. 1995. Psikologi pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Suyanto. 1996. Pedoman pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Bagian Kesatu
Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Abstrak, Pendahuluan, Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka, serta Daftar Pustaka

Modul 8 PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA SEKOLAH DASAR