Contoh Abstrak, Pendahuluan, Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka, serta Daftar Pustaka

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI
DENGAN MEDIA PENGAJARAN MICROSOFT POWERPOINT
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PATI

ABSTRAK



Nyamat. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis paragraf Narasi dengan Media Pengajaran Microsoft Powerpoint Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pati. Tesis. Magister Pengkajian Bahasa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pembimbing : (1) Prof. Dr. Hj. Markhamah, M.Hum. ; (2) Dra. Hj. Atiqa Sabardila, M.Hum.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar materi menulis pargraf narasi dengan menggunakan media pengajaran Microsoft Powerpoint pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pati.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif melalui PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Obyek penelitian siswa kelas VIII A di SMP Negeri 3 Pati dengan sumber data kemampuan menulis paragraf narasi siswa, perangkat lunak (software) Microsof Powerpoint, dan Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai instrumen melalui penelitian tindakan kelas, observasi secara langsung, dan studi dokumentasi. Proses analisis data dilakukan berdasarkan analisis data tertata dalam proses pembelajaran dengan siklus dan dikembangkan secara naratif.
Hasil dan temuan penelitian yang dilakukan keterampilan menulis paragraf narasi siswa mengalami peningkatan setelah proses belajar mengajar menggunakan media pengajaran Microsoft Powerpoint. Hal ini ditandai dengan kelima aspek yang dianalisa (tema, ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf) kecuali hasil tulisan enam siswa yaitu Arika Dian Romadani dan Yunita Dyah Kusumaningrum tetap (stagnan) pada siklus I, II, maupun III tetap belum runtut. Arif Setiawan, Arnold Agung Christianto, dan Bagas Andita Setiawan pada siklus III sudah runtut tetapi pada siklus I dan II belum runtut. Adapun Nurul Latifiyah Aldilla pada siklus III sudah runtut tetapi pada siklus I dan II tetap belum runtut. Namun demikian, secara umun selain ke-enam siswa tadi peningkatan terjadi pada kelima aspek menulis narasi meliputi aspek kesesuaian tema, ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Siklus I karangan siswa yang benar pada aspek kesesuaian tema 6 siswa, ejaan 3 siswa, diksi 2 siswa, kalimat 3 siswa, dan paragraf 2 siswa. Siklus II karangan siswa yang benar pada aspek kesesuaian tema 15 siswa, ejaan 11 siswa, diksi 11 siswa, kalimat 11 siswa, dan paragraf juga 11 siswa. Adapun pada siklus III karangan siswa yang benar aspek kesesuaian tema 17 siswa, ejaan 16 siswa, diksi 17 siswa, kalimat 18 siswa, dan paragraf 18 siswa.
Pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dengan media pengajaran Microsoft Powerpoint mempunyai pengaruh positif. Siswa termotivasi untuk lebih aktif berlatih menulis ketika proses belajarmengajar berlangsung. Keaktifan siswa ini menjadikan karangan yang dihasilkan siswa semakin bervariasi, berkembang, dan semangat untuk belajar.


Kata-kata kunci : Keterampilan Menulis, Paragraf Narasi, Microsof Powerpoint

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelajaran menulis mempunyai sifat yang kompleks dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Berdasarkan kenyataan, pelajaran menulis sangat sulit dipahami siswa, maka perlu dilatih secara intensif.
Ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis sebagai berikut.
1. Penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya.
2. Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis.
3. Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya (Kurniawan, 2004:1).

Tujuan keterampilan menulis paragraf narasi adalah supaya siswa berlatih menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Melalui narasi siswa berusaha menceritakan alur cerita, tokoh, setting, dan konflik suatu peristiwa atau kejadian. Sasaran utama adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Siswa berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Pelajaran keterampilan menulis masih banyak kekurangan. Hal ini terlihat dari hasil karangan siswa belum mencapai hasil yang sempurna. Kekurangsempurnaan dalam bidang mengarang ini menurut Kridalaksana (dalam Suripto, 2007) disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
1. Siswa mengarang di kelas semata-mata sebagai tugas.
2. Pelajaran mengarang hanya menekankan soal betul salah dalam bidang tatabahasa. Itu pun biasanya terbatas pada pemakaian kata saja. Hubungan antar kalimat, kesatuan kalimat, dan organisasi wacana tidak pernah disinggung.
3. Pelajaran mengarang dipusatkan pada pelajaran mekanis bahasa, seperti menulis kata dan tanda baca.
4. Pelajaran mengarang pada umumnya tidak dikaitkan dengan pelajaran membaca.
5. Pelajaran mengarang tidak dilandasi wawasan sosiolinguistik.

Siswa sendiri masih kurang dalam mengatur gagasan untuk dituangkan dalam bentuk tulisan, kurang mampu menunjukkan ide dalam wujud tulisan, serta penyusunan paragrafnya tidak teratur. Bimbingan guru sangat diperlukan. Bimbingan tersebut dapat berupa memberikan tema peristiwa / kegiatan di sekolah dengan media pengajaran microsoft powerpoint untuk dikembangkan menjadi wacana narasi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi.
Dalam kegiatan mengarang siswa dituntut untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman ke dalam bahasa tulis yang jelas dan runtut, menggunakan ejaan yang benar, serta mudah dipahami oleh orang lain. Kegiatan mengarang ternyata sulit dilakukan oleh siswa karena kurangnya berlatih dan keterbatasan wawasan siswa yang akan ditulis.
Kesulitan mengarang disebabkan oleh beberapa hal baik dari siswa maupun dari guru, dengan identifikasi sebagai berikut.
1. Siswa kurang menguasai dalam mengembangkan tema menjadi topik .
2. Siswa kurang menguasai pengembangan topik-topik menjadi kerangka karangan.
3. Siswa kurang menguasai pengembangan topik menjadi paragraf.
4. Siswa kurang menguasai pengembangan kerangka karangan menjadi karangan yang baik.
B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, guru tertarik melakukan penelitian tindakan kelas guna membantu siswa dalam mengembangkan tema menjadi paragraf narasi yang baik dengan media pengajaran microsoft powerpoint. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada peningkatan keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi setelah dilakukan PBM dengan media pengajaran microsoft powerpoint dengan tema peristiwa / kegiatan di sekolah.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini berusaha memperoleh deskripsi yang relatif lengkap dan objektif mengenai peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi dengan media pengajaran microsoft powerpoint pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2008/2009.
Tujuan khusus penelitian ini mendeskripsikan peningkatan menulis paragraf narasi dengan media pengajaran microsoft powerpoint pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2008/2009 dengan uraian sebagai berikut.
1. Untuk mempermudah pengembangan ide siswa menjadi paragraf narasi dengan media pengajaran microsoft powerpoint.
2. Menambah wawasan siswa dalam memahami media pengajaran microsoft powerpoint dalam rangka peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi.
3. Mengevaluasi ketepatan media pengajaran microsoft powerpoint dalam pengembangan ide siswa menjadi paragraf narasi pada keterampilan menulis pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII A SMP Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2008/2009.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberi sumbangan untuk pengembangan ilmu. Media pengajaran microsoft powerpoint untuk merangsang siswa dalam mengembangkan ide menjadi paragraf narasi.
Manfaat penelitian ini bagi siswa, agar lebih mudah mengembangkan ide menjadi paragraf narasi dengan media microsoft powerpoint. Di samping itu, menambah wawasan siswa dalam menemukan media microsoft powerpoint untuk mengembangkan ide menjadi paragraf narasi sesuai karangan yang ditulisnya. Pola pikir siswa juga terlatih, media pengajaran microsoft powerpoint mana yang tepat digunakan dalam menyusun paragraf narasi.
Bagi guru penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengembangkan ide menjadi paragraf narasi dengan media pengajaran microsoft powerpoint, selain mengetahui kemampuan guru dalam menyampaikan materi keterampilan menulis pada anak didik sehingga guru bisa intropeksi diri, sudah tepatkah media pengajaran microsoft powerpoint untuk mengembangkan ide menjadi pargraf narasi.

LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang teratur.
Menulis merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menulis menuntut gagasan–gagasan yang tersusun secara logis diekspresikan dengan jelas dan ditata secara menarik. Selanjutnya, kegiatan menulis menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang seksama, pembedaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk dan gaya. Kesimpulan dari uraian tadi adalah kegiatan menulis itu kompleks.
Keterampilan menulis siswa dapat dimulai dari menulis pada buku catatan. Buter (2008) mengatakan science notebooks allow students to describe in writing the experiments they perform and their interpretation of the result. Writting in notebooks is structured around the use of science process skills.
Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008:248) aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.
Kemampuan menulis sangat baik dalam melatih kemampuan siswa berpikir kognitif karena dapat mengukur daya ingat, kemampuan berbahasa dan pola pikirnya. Menurut Kellong (2007) writing well is major cognitive challenge, because it is at once a test memory, language, and thinking ability. It demands rapid retrieval of domain-specific knowledge about the topic from long-term memory.
Kemampuan menulis seperti halnya keterampilan berbicara mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kedua keterampilan berbahasa tersebut merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa. Perbedaannya terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkannya, berbicara dengan cara lisan sedang menulis dengan cara tertulis.
Nurgiyantoro (2001:298) berpendapat bahwa kemampuan berbahasa menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian umum, menulis adalah aktivitas yang pertama menekankan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tadi dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan hendaklah mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi.
Menulis sebagai kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan bisa dipahami orang lain.
Hartono (2006:149) berpendapat, agar tulisan mampu mempengaruhi pembaca harus memperhatikan gaya penulisan dan belajar menuangkan gagasan –gagasan dengan jelas dan berkualitas. Hal-hal yang perlu dipelajari sebagai berikut.
1. Menulis apa yang dimaksudkan.
2. Memilih kata-kata dan cara-cara merangkainya agar bisa menyampaikan pesan-pesan secara langsung dan tidak bertele-tele.
3. Menghindari jargon-jargon atau terminologi ilimiah dan gaya “jurnalis”.
4. Mengidentifikasi calon pembaca dan mencoba membayangkan proses pemahaman mereka tentang apa yang telah ditulis.

Sesungguhnya keterampilan menulis memiliki banyak fungsi. Fungsi itu lebih banyak berguna bagi penulisnya, bukan bagi orang lain. Menurut Tarigan (1984:22) keterampilan menulis barulah akan mempunyai fungsi setelah dibuktikan dengan karya. Dari mana seseorang disebut terampil menulis, kalau ia tidak aktif berkarya. Pada prinsipnya fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.
Menurut Hastuti (1981:40-41) prinsip yang dipakai untuk merumuskan tujuan pengajaran menulis antara lain sebagai berikut.
1. Melatih siswa berpikir tertentu, kemudian diungkapkan dalam bentuk bahasa tulis secara teratur mengikuti pola tatabahasa yang diajarkan.
2. Melatih siswa memiliki kemampuan menuliskan gagasannya dengan tepat dan betul sesuai EYD.
3. Melatih siswa menyusun kalimat dengan jelas dan meningkat (berdaya guna), dengan alinea yang tegas.
4. Melatih siswa terbiasa memilih kata-kata yang tepat dan mengena dalam hal melambangkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
5. Melatih siswa memberi isi pada karangan yang disusun secara sistimatis demi menimbulkan daya minat pembaca.
6. Melatih siswa mengembangkan kosa kata dan secara tidak langsung meningkatkan perbendaharaan kata setiap penulis.

Adapun wacana terbentuk dari komponen berikut : (1) topik, (2) paragraf atau satuan yang terdiri atas sejumlah paragraf, dan (3) konteks, baik konteks verbal maupun nonverbal.
Topik adalah pokok gagasan yang dikembangkan menjadi sebuah wacana. Pengembangan topik itu memanfaatkan kalimat, paragraf atau satuan yang terdiri sejumlah paragraf. Hal itu tergantung pada jenis wacananya. Dalam wacana sederhana, topik biasanya dikembangkan dengan sederetan kalimat. Kehadiran kalimat dimungkinkan dalam sebuah wacana sederhana, tetapi kalimat itu harus disertai konteks nonverbal. Konteks nonverbal adalah konteks dalam satuan-satuan bahasa, bisa berupa diskusi sosial, mental dan kultural penutur bahasa dalam masyarakat bahasa tertentu. Kalau pengembangan topik itu menggunakan lebih dari satu kalimat, berarti pengembangan topik memanfaatkan konteks verbal. Konteks verbal yaitu konteks yang berupa satuan-satuan bahasa, yakni kalimat, klausa, frasa, dan kata.

1. Unsur-unsur Menulis

Menurut Gie (dalam Nurudin, 2007:5) unsur menulis setidak-tidaknya terdiri dari; gagasan, tuturan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi), tatanan, dan wahana. Gagasan dapat berupa pendapat , pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang. Setiap orang punya gagasan, apapun bentuk gagasannya itu. Gagasan seseorang akan sangat tergantung pada pengalaman masa lalu. Pengetahuan yang dimilikinya, latar belakang hidupnya, kecenderungan personal, dan untuk tujuan apa gagasan itu ingin dikemukakan.
Tuturan adalah pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca. Macam-macam tuturan antara lain narasi (penceritaan), deskripsi (pelukisan), eksposisi (pengungkapan berdasar fakta secara teratur, logis, dan terpadu), argumentasi (meyakinkan), dan persuasi (pembujukan).
Tatanan adalah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah. Ini berarti menulis tidak sekedar menulis, tetapi menulis dengan disertai sebuah “aturan” menulis. Misalnya, bagaimana mengatur agar persoalan yang sudah dibahas di bagian awal tidak diulang lagi di bagian tengah atau akhir, apa saja yang akan ditulis, dan fokusnya apa. Tatanan juga berguna agar yang kita tulis tidak menyalahi pedoman baku penulisan. Menulis karya ilmiah dengan artikel jelas mempunyai aturan-aturan yang berbeda satu sama lain, begitu juga dengan kerangka yang digunakan, bahkan sistematika penulisannya pun berbeda.
Menulis artikel bagi pemula sangat dibutuhkan tatanan diksi (pilihan kata) yang dipilih, sistematika penulisan, alur cerita, dan ending yang diinginkan. Hal yang perlu dibuat sistematika misalnya pendahuluan (yang isinya alasan membahas kasus), isi berupa deskripsi data analisis, kemudian penutup berupa harapan, keinginan, kritik, plus minus dan sebagainya.
Sementara itu, penulisan karya ilmiah memerlukankan tatanan yang lebih ketat. Sama-sama tulisan ilmiah antara laporan dengan karya tulis dan makalah jelas berbeda tuntutan yang memungkinkan berbeda tatanannya. Dalam penulisan ilmiah misalnya, latar belakang masalah biasanya ditempatkan di bagian awal, lalu rumusan masalah, tujuan, manfaat, tinjauan teori, media pengajaranyang digunakan dan sebagainya. Aturan ini tidak boleh dibolak-balik. Itulah tatanan baku yang ada pada pembuatan karya ilmiah.
Wahana juga sering disebut dengan alat. Wahana dalam menulis berarti sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa). Wahan sering menjadi masalah yang krusial bagi penulis pemula. Tetapi, jika disertai niat yang tinggi dan belajar menulis terus, wahana lambat laun akan bisa dilalui dengan mudah.
Penjelasan di atas dapat dibuat bagan 1 sebagai berikut.
Bagan 1. Unsur Menulis The Liang Gie (Nurudin, 2007:13)


2. Bentuk – bentuk Tulisan

Menulis merupakan kegiatan komunikasi. Sama dengan komunikasi
lisan, pesan yang tepat dan efektif akan memudahkan penerima pesan memahaminya. Komunikator (penyampai pesan) yang baik yang bisa menggunakan atau menyesuaikan pesan yang disampaikannya sesuai dengan siapa komunikannya (penerima pesan). Penulis yang baik mampu menggunakan teknik menulis secara berbeda tergantung dari siapa sasaran tulisannya dan untuk tujuan apa tulisan itu dibuat.
Ada banyak bentuk tulisan. Salah satunya bisa dilihat berdasarkan peng-
golongan dalam cara penyajian dan tujuan penyampaiannya. Dengan demikian, dilihat dari bentuknya tulisan meliputi, deskripsi, eksposisi, narasi, persuasi, argumentasi, dan campuran/kombinasi.
Menurut Finosa (dalam Nurudin, 2007:59) deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan deskripsi penulis tidak boleh mencampuradukkan keadaan yang sebenarnya dengan interpretasinya sendiri.
Menulis deskripsi tidak hanya melukiskan sebuah objek material pengamatan. Menulis deskripsi juga bisa dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Deskripsi yang baik harus didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat.
Tulisan apapun akan melibatkan subjektivitas penulis. Penulis jika dihadapkan pada sebuah objek, masing-masing penulis akan membuat kalimat yang berbeda satu sama lain, padahal objeknya bisa jadi sama. Di sinilah subjektivitas penulis terlibat.
Melalui deskripsi seorang penulis menolong pembaca menggunakan ketajaman perasaan, penglihatan, senyuman dan rasa untuk pengalaman yang berasal dari pengalaman penulisnya. Pembaca juga akan lebih jelas mengetahui dan mengerti orang-orang, tempat, dan hal lain. Contoh tulisan deskripsi dapat ditemukan di surat kabar, majalah, atau buku. Tulisan deskripsi terbagi dalam dua pendekatan yaitu pendekatan realistis dan pendekatan impresionis.
Lain halnya dengan tulisan dengan bentuk eksposisi yaitu tulisan yang berusaha memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu. Eksposisi berarti membuka atau memulai (exposition means explanation). Dengan tulisan eksposisi pembaca akan semakin luas pengetahuannya tentang sesuatu hal. Meskipun memberitahu, penulisan eksposisi bukan tulisan yang menggurui, tetapi penulisnya sekadar memaparkan suatu opini dari suatu kejadian yang ada. Penulis memberikan suatu prespektif (cara pandang) lain tentang informasi yang dikemukannya. Eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, atau mengulas sesuatu.
Tulisan argumentasi bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya. Argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta-fakta yang tepat terhadap apa yang dikemukakan. Yang sangat dibutuhkan dalam tulisan argumentatif adalah data penunjang yang cukup, logika yang baik dalam penulisan, dan uraian yang runtut.
Menurut Keraf (2007:103-104) sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan pengarang argumentasi adalah sebagai berikut.
a. Harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan.
b. Berusaha untuk menghindari setiap istilah yang menimbulkan prasangka tertentu.
c. Penulis argumentatif berusaha untuk menghilangkan ketidaksepakatan.
d. Menetapkan secara tepat titik ketidaksamaan yang diargumentasikan.

Adapun tulisan persuasi berarti membujuk atau meyakinkan. Persuasi bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Untuk meyakinkan penulis harus menimbulkan kepercayaan pada para pembaca. Kepercayaan merupakan unsur utama dalam persuasi. Melalui persuasi, seorang penulis mencoba mengubah pandangan pembaca tentang sebuah permasalahan tertentu. Penulis mempersembahkan fakta dan opini yang bisa didapatkan pembacanya untuk mengerti menggapai sesuatu itu adalah benar, salah, atau diantara keduanya. Ada tiga teknik dalam penulisan persuasi yaitu rasionalisasi, identifikasi, dan sugesti (Nurudin, 2007:85).

3. Paragraf

Menuruf Keraf (dalam Nasucha dkk., 2009:33) paragraf atau dengan istilah alinea adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat.. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkainan untuk membentuk sebuah ide.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam pargaraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Nasucha dkk., 2009:33).
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang ke dalam satu kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan, dua pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Akan tetapi sebaiknya sebuah pikiran penjelas dituang ke dalam satu kalimat penjelas. Dalam sebuah pargaraf terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Inilah yang dinamakan kerangka paragraf (Nasucha dkk., 2009:43).
Pengembangan paragraf dapat dibedakan berdasarkan teknik dan isi paragraf .
a. Berdasarkan teknik: 1) secara alamiah; (a) urutan ruang, (b) urutan waktu, 2) klimaks dan antiklimaks, 3) umum ke khusus.
b. Berdasarkan isi: (1) perbandingan dan pertentangan, (2) analogi, (3)contoh-contoh, (4) sebab-akibat, (5) definisi luas, dan (6) klasifikasi.

4. Hakikat Narasi

Menurut Keraf (2007:136) narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatau kesatuan waktu. Narasi berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Selain itu, narasi berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”
Bentuk tulisan narasi dipilih penulis jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, narasi dapat juga ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara (Kurniawan, 2008). Narasi merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai peristiwa.
Dalam narasi terdapat perbedaan, minimal yang menyangkut tujuan atau sasarannya. Ada narasi yang bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi ekspositoris. Selain itu ada narasi yang disusun dan disajikan mampu menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya. Narasi demikian ini adalah narasi sugestif.

a. Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris bertujuan memberi informasi pada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Narasi ini berusaha menggugah pembaca agar mengetahui apa yang dikisahkan. Selain itu, narasi ekspositoris menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa dan mempersoalkan tahap-tahap kejadian serta rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca (Nurudin, 2007:72).
Menurut Keraf (2007:136) narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat bersifat generalisasi.
Narasi bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Adapun narasi bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu.

b. Narasi Sugestif

Keraf (2007:140) berpendapat bahwa narasi sugestif pertama-tama bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam sutu kesatuan waktu. Akan tetapi, tujuan atau sasaran utamanya berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman sehingga narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi).
Narasi sugestif tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi sugestif menyediakan suatu kematangan mental yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka kepada kejadian itu sendiri.
Menurut Nurudin (2007:77) narasi sugestif berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian. Tujuannya bukan untuk memperluas pembaca tetapi usaha memberi makna atas kejadian yang disampaikan. Tujuan ini untuk menimbulkan daya khayal atau mampu menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya khayalnya. Pembaca diharapkan mampu menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit (sesuatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak atau bertindak), sementara itu, makna baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua objek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu.
Berikut ini tabel perbedaan antara narasi ekspositoris dengan narasi sugestif menurut Keraf (2007:138-139).
No Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2. Menyampaikan informasi me-ngenai suatu kejadian. Menimbulkan daya khayal.
3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif.

Pokok-pokok perbedaan di atas merupakan garis ekstrim antara narasi ekspositoris dengan narasi sugestif. Antara kedua ekstrim itu masih terdapat percampuran-percampuran, dari narasi ekspositoris yang murni berangsur-angsur mengandung ciri-ciri narasi sugestif yang semakin meningkat hingga ke narasi sugestif yang murni.

c. Bentuk Khusus Narasi

Narasi dapat dibedakan atas bentuk narasi yang fiktif dan nonfiktif. Bentuk-bentuk narasi yang terkenal biasa dibicarakan dalam hubungan dengan kesusasteraan adalah roman, novel, cerpen, dan dongeng termasuk dalam narasi fiktif. Sedang sejarah, biografi, dan autobiografi termasuk narasi yang bersifat nonfiksi (Keraf, 2007:141). Selain itu, masih ada bentuk khusus seperti anekdot, insiden, sketsa, dan profil.
Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah dalam biografi adalah orang lain. Kesamaan keduanya adalah menyampaikan kisah yang menarik mengenai kehidupan dan pengalaman-pengalaman pribadi. Pola umum yang dikembangkan dalam biografi dan autobiografi adalah riwayat hidup pribadi seseorang, urut-urutan peristiwa, atau tindak-tanduk yang mempunyai kaitan dengan kehidupan seseorang. Keduanya mempunyai sasaran utama menyajikan atau mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dramatis dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi yang kaya-raya itu bagi pembaca dan anggota masyarakat lainnya.
Anekdot dan insiden berfungsi sebagai bagian dari sejarah, biografi, dan autobiografi. Keduanya mengisahkan suatu rangkaian tindak tanduk dalam unit waktu tersendiri. Karena keduanya terikat oleh kesatuan waktu, maka keduanya dapat dikeluarkan dari induk ceritanya tanpa mengganggu kesatuan cerita induknya. Anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau hal lain. Adapun insiden (kejadian atau peristiwa) memiliki karakter yang lebih bebas dari anekdot (Keraf, 2007:142).
Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat, yang selalu dikategorikan dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan atau tindakan yang berlangsung dalam suatu unit waktu itu tidak menonjol atau kurang sekali diungkapkan. Tujuan utama sketsa adalah menyajikan hal-hal yang penting dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif, dan bukan untuk memaparkan sesuatu secara lengkap.
Profil adalah wacana modern yang berusaha menggabungkan narasi, deskripsi, dan eksposisi yang dijalin dalam bermacam-macam proporsi. Profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang dideskripsikan berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya. Bagian yang terpenting yang dimasukan dalam profil adalah sebuah sketsa karakter yang disusun sedemikian rupa untuk mengembangkan subjeknya. Penggarapannya tidak dibuat tergesa-gesa, tetapi dilakukan secara cermat berdasarkan kerangka yang telah disusun tadi dengan memanfaatkan fakta-fakta utama mengenai kehidupan dan watak tokohnya, sehingga terciptalah suatu perincian yang hidup dan wajar.



5. Media Pengajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, media merupakan salah satu sumber belajar yang dapat menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada para siswa. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan indera, hambatan jarak dan waktu dapat dibantu dengan memanfaatkan media. Oleh karena itu kehadiran media dalam pembelajaran tidak mungkin diabaikan. Apalagi dalam pembelajaran Bahasa dan Keterampilan menulis paragraf Indonesia Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menggunakan pendekatan CTL, kehadiran media sangat penting terutama dalam menyajikan model kompetensi target yang ingin dicapai (modelling). Media juga diperlukan untuk mengembangkan kemampuan bertanya siswa (questioning) dalam menggali informasi, mengecek pemahaman, dan meningkatkan respon siswa.
Dalam buku Garis-Garis Besar Program Media yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan pengertian media pendidikan sebagai berikut.
a. Media Pendidikan Umum yaitu segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk me-
ningkatkan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan. Yang termasuk pengertian media pendidikan dalam arti umum yaitu media grafis, media yang menggunakan alat penampil, pita, model dan globe.
b. Media Pendidikan Khusus yaitu segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dengan menggunakan alat dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas dan efisiansi pencapaian tujuan pendidikan. Yang termasuk pengertian media dalam arti khusus antara lain program radio kaset, slide, focus strep, transparansi, OHP, film, kaset video, radio, dan televisi.
c. Pengertian perangkat lunak (software) yaitu segala jenis bahan atau program yang disajikan dalam media pendidikan seperti kaset video, film, slide dan lain-lain. Perangkat lunak media pendidikan terdiri dari isi/materi pelajaran yang berupa pesan-pesan yang akan disampaikan.
d. Perangkat keras (hardware) yaitu alat penampil elektronik untuk menampilkan /menayangkan program media pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar. Perangkat keras tersebut antara lain OHP, projektor slide, tape recorder, video, VCD player, dan proyektor film.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan secara garis besar bahwa media adalah suatu perantara yang dapat digunakan untuk mengantarkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

6. Pemilihan Media

Media pengajaran apa pun yang digunakan pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektifitas dan kelancaran proses belajar mengajar terutama memperjelas materi yang dipelajari sehingga memudahkan terjadinya proses belajar (peningkatan tingkah laku) pada diri siswa.
Beberapa faktor penting yang perlu diperhitungkan dalam memilih alat bantu/media pembelajaran sebagai berikut.
a. Wawasan dan kemampuan guru.
b. Tujuan belajar yang ingin dicapai sesuai Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi yang akan dicapai.
c. Fasilitas yang tersedia.
d. Sederhana dan mudah dimengerti.
e. Dapat memotivasi siswa.
f. Menggunakan bahan yang mudah didapat.
g. Dapat menggantikan objek yang sesungguhnya.
h. Menarik perhatian (Aqib, 2006)



7. Manfaat Media

Beberapa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga menimbulkan motivasi belajar.
c. Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
1. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan dapat diganti dengan gambar, foto, slide, film atau model.
2. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tak tampak bisa disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide atau gambar.
3. Kejadian langka yang terjadi di masa lampau dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto atau slide.
4. Objek atau proses yang amat rumit dapat ditampilkan secara konkret melalui gambar, film, slide atau permainan komputer.
5. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan disimulasikan dalam komputer, film atau video.
6. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses dalam kenyataannya dapat memakan waktu lama dapat disajikan dalam teknik rekaman time elapse untuk film, video, slide atau simulasi komputer (Aqib, 2006)

d. Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan sekitar melalui kegiatan karya wisata, kunjungan ke museum, ke kebun binatang dan lain-lain.

8. Jenis-jenis Media
Pengggolongan media secara umum dapat dilihat dari kemampuannya dalam membangkitkan rangsangan indera. Jika dilihat dari rangsangan inderanya, media dibedakan menjadi bebarapa golongan sebagai berikut.
a. Media Audio

Media audio adalah alat bantu mengajar yang berhubungan dengan bunyi-bunyian atau indera pendengaran. Ada beberapa jenis media yang dilelompok-kan dalam media audio antara lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam, dan labopratorium bahasa.
b. Media Visual

Media visual adalah alat bantu mengajar yang berhubungan dengan indera penglihatan, bisa berupa gambar, tulisan, maupun objek langsung. Media visual ini ada yang tidak membutuhkan pesawat/proyeksi misalnya gambar mati, ilustrasi, karikatur, poster, bagan diagram, grafik, peta, kliping, majalah dinding, alam atau model. Akan tetapi, ada juga yang membutuhkan pesawat Proyektor yang dapat dipantulkan dilayar. Ada dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam penggunaan media ini yaitu perangkat lunak (sofware) dan perangkat keras (hardware).
c. Media Audio Visual

Media audio visual yaitu alat bantu mengajar yang mempunyai bentuk gambar dan mengeluarkan suara secara simultan. Dengan media audio visual ini seseorang tidak hanya dapat melihat tetapi sekaligus dapat mendengar sehingga dikenal dengan istilah audio visual aids (AVA) atau alat pandang dengar. Termasuk dalam media
ini adalah film cerita, video, televisi, laser disk, compact disc video (VCD), dan komputer multimedia.

9. Konsep Microsoft Powerpoint

Menutrut Lee (dalam Ena, 2008) microsoft powerpoint adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah microsoft office. Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam microsoft office. Jadi, pada waktu penginstalan program microsoft office dengan sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan pengembangan pembelajaran dengan komputer.
Keuntungan lain dari program ini adalah sederhananya tampilan ikon-ikon. Ikon-ikon pembuatan presentasi kurang lebih sama dengan ikon-ikon microsoft word yang sudah dikenal oleh kebanyakan pemakai komputer. Pemakai tidak harus mempelajari bahasa pemrograman. Dengan ikon yang dikenal dan pengoperasian tanpa bahasa program maka hambatan lain dari pembelajaran dengan komputer dapat dikurangi, yaitu hambatan pengetahuan teknis dan teori. Pengajar atau ahli bahasa dapat membuat sebuah program pembelajaran bahasa tanpa harus belajar bahasa komputer terlebih dahulu.
Meskipun program aplikasi ini sebenarnya merupakan program untuk membuat presentasi, fasilitas yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran bahasa. Program yang dihasilkan pun akan cukup menarik. Keuntungan lainnya adalah bahwa program ini bisa disambungkan ke jaringan internet.
Pembuatan media pengajaran menulis paragraf narasi ini akan menggunakan piranti lunak presentasi microsoft powerpoint 2000, sebuah piranti lunak yang memberikan banyak sekali manfaat bagi pembelajaran bahasa. Dua keuntungan pokok dari piranti lunak ini adalah sebagai berikut.
(a) Tersedia di semua komputer berprogram microsoft office.
(b) Dapat dikembangkan oleh orang yang buta program komputer.
Meskipun piranti lunak ini mudah dan sederhana namun dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembelajaran bahasa. Piranti lunak ini dapat menampilkan teks, gambar, suara, dan video. Dengan demikian, piranti lunak ini bisa mengakomodasi semua kegiatan pembelajaran bahasa interaktif seperti mendengarkan, membaca, menulis dan bermain language games. Tampilan yang dihasilkan dari piranti lunak ini bisa semenarik program yang dibangun dengan piranti lunak yang canggih.



9. Keterkaitan Menulis dengan Media Pengajaran Microsoft powerpoint

Menurut Wahono (2008) microsoft powerpoint adalah alat bantu guru dalam proses pembelajaran di kelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan. Media pengajaran menulis paragraf narasi dengan Microsoft powerpoint ini dapat menggunakan pointer-pointer materi yang disajikan (explicit knowledge) dan bisa saja ditambahi dengan multimedia linear berupa film dan video untuk memperkuat pemahaman siswa.

B. Penelitian Sejenis yang Pernah Dilakukan

Penelitian tentang menulis secara umum telah banyak dilakukan orang. Williamson (2007) mengutarakan perkembangan menulis pengalaman Borges dengan tiga periode dasar dalam karirnya. Masa muda menuntun keinginannya untuk menulis. Masa usia pertengahan mulai didominasi rasa kehampaan. Di usia tua kembali lebih positif meskipun banyak berkurang kepercayaannya pada masa kecil dan berharap sembuh dari kekreatifannya sebagai seorang penulis.
Dari uraian tadi maka siswa SMP perlu dikembangkan keterampilan menulisnya. Butler dan Nesbit (2008) mengatakan guru harus memberi kesempatan berkali-kali kepada siswa untuk menulis dalam buku catatan sehingga hubungan antara pemahaman konsep siswa dalam percobaan ilmu pengetahuan akan merekam perkembangan ide atau pemikiran masing-masing. Keuntungan bagi guru sebagai fasilitator, sedangkan siswa menjadi ilmuwan dan penulis yang baik.
Kellong dan Raulerson (2007) dalam pengajaran dan pelatihan menulis, kegiatan praktik menjadi prinsip yang utama. Melakukan kegiatan praktik menulis beberapa tahun akan memperoleh kemampuan berpikir dan keahlian dalam menulis karangan-karangan yang luas. Selain itu, praktik menulis dapat mengarahkan ingatan-ingatan yang masih aktif menjadi gagasan yang terencana, generasi teks, dan mengingat kembali gagasan-gagasan dalam teks.
Whitney (2008) berpendapat latihan menulis di kelas dengan menulis dalam rangka mempersiapkan siswa mengikuti perlombaan menggunakan dasar dan strategi yang sama walaupun penyampaian dan tujuannya berbeda. Perbedaan ini mempengaruhi tiga aspek dalam pengajaran menulis, yaitu membantu siswa mempersiapkan tulisan mereka, mengembangkan tulisan mereka, dan mendukung siswa mendapatkan beasiswa dalam proses penulisan.
Pembelajaran menulis perlu dilakukan dengan berkualitas seperti yang dikemukakan Kelland (2007) tujuan dari pembelajaran berkualitas adalah untuk memperdalam penjelajahan ada kesepakatan mengenai pengaruh / akibat dari teknologi pembelajaran pendidikan pada pengalaman pembelajaran pendidikan yang lebih tinggi. Adapun hasilnya (1) banyak variasi mengenai pandangan pembelajaran sehingga perlu kehati-hatian dalam menerapkan teknologi pembelajaran. (2) Ketidakmungkinan ahli-ahli pembelajaran menyepakati akibat dari teknologi pengajaran. Terakhir, (3) pemakaian teknologi pembelajaran dalam pendidikan yang lebih tinggi akan berlanjut untuk berubah yang berdasarkan pada subjek, instruktur-instruktur, lembaga atau institusi, konteks-konteks, ketersediaan teknologi dan berbagai faktor lainnya.
Pembelajaran menulis persuasi dan penguasaan ejaan menurut Astuti (2006) dapat menggunakan software microsoft office 2003 edition indonesian interface pack sebagai media pembelajaran menulis. Selain memberi kontribusi yang positif terhadap peningkatan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa ternyata dapat menumbuhkan sikap positif, antusias yang tinggi, kegairahan yang besar dalam menghasilkan tulisan, dan suasana belajar mengajar lebih terarah, menarik, dan menyenangkan.
Pemakaian media pembelajaran yang variatif menurut Yuliarti (2007) dapat menumbuhkan semangat senang belajar pada siswa. Konsep belajar sambil bermain akan sangat berarti, apabila pembelajaran dikemas dengan menarik. Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar merupakan alternatif untuk memvariasikan media belajar. Penerbitan majalah sekolah sebagai aset sekolah dapat dimanfaatkan lebih maksimal dari sekedar sebagai bahan bacaan.
Salimuddin (2004) dalam tesisnya telah meneliti hubungan kemampuan membaca pemahaman dan menulis karangan berdasarkan gambar berseri dengan kemampuan menyelesaikan soal matematika. Yang diteliti adalah siswa kelas 5 SD di Kabupaten Brebes dan sampel yang diambil sebanyak 200 siswa yang mewakili daerah yang ada di Kabupaten Brebes. Hasil penelitian menyimpulkan adanya hubungan signifikan antara kemampuan membaca dan menulis terhadap kemampuan matematika.
Dengan adanya hubungan signifikan antara kemampuan membaca dan menulis dengan kemampuan matematika tentu mengilhami guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk memfokuskan kemampuan membaca dan menulis. Untuk bisa menarik perhatian siswa dalam pembelajaran dua aspek ini, guru dituntut mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Sumaryo (2003) juga telah meneliti pengaruh sikap dalam menghadapi cerpen dan kemampuan memahami unsur intrinsiknya terhadap kemampuan menulis cerpen. Populasi peneliti adalah siswa kelas 3 SMU Negeri di Kabupaten Pati dengan sampel sebanyak 64 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif sikap dalam menghadapi cerpen dan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis cerpen.
Hasil penelitian ini mengilhami para guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pada umumnya dan menulis cerpen pada khususnya dengan berbagai cara, termasuk melalui latihan pemahaman unsur intrinsik cerpen dan penanaman sikap positif terhadap cerpen untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen. Untuk meningkatkan kemampuan menulis pada umumnya guru perlu menerapkan pendekatan dan teknik-teknik yang menarik dan bervariasi.
Safarina (2004) meneliti analisis kesalahan berbahasa Indonesia ragam tulis siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam karangan siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang berdasarkan kategori linguistik (fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon) dan mendeskripsikan pengaruh dan inferensi bahasa pertama siswa terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam karangan siswa. Sumber data berupa 200 karangan siswa dari 50 siswa kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1.280 buah kesalahan ditemukan yaitu, 76,4 % kesalahan fonologi, 4,2 % kesalahan morfologi, 11,4 % kesalahan sintaksis, dan 8 % kesalahan leksikon. Dilihat dari sumber kesalahan sebanyak 57,4 % kesalahan disebabkan ketidakmampuan menguasai kaidah bahasa Indonesia dan sisanya 42,6 % kesalahan disebabkan oleh pengaruh bahasa pertama.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan Suripto (2007) mengenai upaya memaksimalkan keterampilan menulis melalui media kolase pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Pati. Hasil belajar siswa rata-rata nilai kelas tersebut pada siklus tiga berdasarkan indikator keberhasilan yang ditetapkan menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan dari siklus dua sebelumnya skor nilainya 74,42 menjadi 76. Adapun daya serap klasikal kelas pada siklus tiga telah tercapai dengan skor 92,3 % dari sebelumnya pada siklus dua dengan skor 79,5 %.
Hasil penelitian ini mengilhami para guru untuk lebih kreatif meningkatkan keterampilan menulis siswa melalui berbagai media pengajaran. Guru lebih memperhatikan aspek kreativitas siswa untuk bertanya dan mengembangkan gagasannya.





C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka teoritis dari kajian yang relevan dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut. Kompetensi menulis adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis untuk bisa dipahami pembaca. Kompeten siswa dalam menulis diperlukan pembelajaran dalam bentuk latihan-latihan yang membuat siswa bersemangat mengikutinya. Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran diperlukan media pengajaran yang menarik siswa. Tayangan media pengajaran microsoft powerpoint dengan tema peristiwa/ kejadian di sekolah dapat menjembatani kondisi pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi yang lesu dan kurang berhasil.
Sejumlah anggapan dasar yang dijadikan landasan pemikiran dalam penelitian ini. (1) Siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2008/2009 telah mendapat pelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dasar. (2) Siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2008/2009 dapat memahami tayangan media pengajaran microsoft powerpoint. Terakhir, (3) siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2008/2009 memiliki latar belakang pendidikan yang sama.
Dengan kondisi siswa yang demikian, guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar keterampilan menulis paragraf narasi dapat memperdalam materi dengan praktik langsung menulis paragraf narasi . Praktik langsung dapat menggunakan media pengajaran microsoft powerpoint dengan tema peristiwa / kejadian di sekolah. Siswa yang berlatar belakang sama lebih memudahkan siswa melakukan praktik.
Media pengajaran microsoft powerpoint dengan tema peristiwa / kejadian di sekolah akan merealisasikan stimulus-stimulus siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi. Dengan piranti lunak microsoft powerpoint para pengajar juga akan dengan mudah merealisasikan ide-ide pengajarannya.
D. Perumusan Hipotesis Kerja

Sehubungan dengan permasalahan peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut.
1. Keterampilan menulis paragraf narasi dengan media pengajaran microsoft powerpoint siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2008/2009 meningkat.
2. Peningkatan kemampuan keterampilan menulis paragraf narasi dengan media pengajaran microsoft powerpoint mencakup semua aspek yaitu, kesesuaian topik dengan isi, keserasian hubungan antarparagraf, keserasian hubungan antarkalimat, penggunaan kalimat, penggunaan diksi, dan penggunaan EYD.
3. Hasil belajar kemampuan keterampilan menulis paragraf narasi dikatakan telah tercapai jika, daya serap Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) perorangan siswa mencapai skor nilai minimal 70 dan daya serap klasikal siswa telah mencapai 75 %.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dkk.. 2006. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Se-
kolah
. Bandung: Yrama Widya.

Astuti, Triyuni. 2006. “Software Microsoft Office 2003 Edition Indonesian
Interface Pack sebagai Media Alternatif Pembelajaran Menulis Paragraf
Persuasif dan Penguasaan Ejaan yang Disempurnakan.”
Jurnal Pendidik-
an Inovatif Volume 1, Nomor 2, Maret 2006. httpjurnaljpi.wordpress.
comcategoryparagraf-persuasif.pdf. diakses 10 Juli 2008, 10.15 WIB.

Buter, Malcoln B. and Catherine Nesbit. 2008. “Using Science Notebooks to
Improve Writing Skills and Conceptual Understanding
.” The Internet Proquest Journal . Science Activities. Washington, , Vol. 44, Iss. 4; pg. 137, 9 pgs. http:/proquest.umi.com/pgdweb?

Ena, Ouda Teda. 2008. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti
Lunak Presentasi
. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hartono. 2006. Bagaimana Menulis Tesis? Petunjuk Komprehensif tentang Isi
dan Proses
. Malang: UMM Press.

Hastuti, Sri. 1981. Metodologi Pelajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan
PT Remaja Rosdakarya.

Kridalaksana,Harimurti.1978. Fungsi Bahasa dan Sikap bahasa. Ende Flores: Nusa Indah.

Kelland, Jennifer H. 2007. “We Just Disagree: Using Deliberative Inquiry to
Seek Consesus About The Effects of E-Learning on Higher Education.
“ The Internet Proquest Journal. Canadian Journal of Learning and Technology. Canadian, Vol. 33, pg 2 pgs. http:/proquest.umi.
com/pgdweb?

Kellong, Ronalld T. and Bascom A Raulerson lll. 2007. “Improving the Writing
Skills of College Student.“ The Internet Proquest Journal. Psychonomic
Bulletin & Review. Austin, Vol. 14, Iss. 2; pg. 237, 6 pgs.
http:/proquest.umi.com/pgdweb?

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi ; Komposisi lanjutan III.
Jakarta:Gramedia.

Kurniawan, Khaerudin. 2004. “Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut.” Yogyakarta: FBS UNY
http://www.ialf.edu/kipbipa/abstracts/kaherudinkurniawan.htm. Diakses
Kamis, 16 Oktober 2008, 11.00 WIB.

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Nasucha, Yakub. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah
(Mata Kuliah Wajib Pengembangan Kepribadian)
. Yogyakarta: Media
Perkasa.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan
Keterampilan menulis paragraf. Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA.

Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press.

Safarina. 2004. “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Ragam Tulis Siswa
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang.” (Tesis). Program Pascasarja-
na, Universitas Sriwijaya Palembang.

Salimudin. 2004. “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dan Menulis
Karangan Berdasarkan Gambar Berseri dengan Kemampuan Menye-lesaikan Soal matematika (Studi Korelasi pada Siswa Kelas 5 SD di Kab. Brebes)” (Tesis). Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono. 2006. Media Pengajaran Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA

Sumaryo. 2003. “Pengaruh Sikap dalam Menghadapi Cerpen dan Kemampuan
Menulis Cerpen” (Tesis). Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universi-
tas Negeri Semarang.

Suripto. 2007. “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis melalui Media Kola-
se Kartu pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri 3 Pati
.” Pati: Dinas Pen-
didikan Kabupaten pati

Susilo. 2007. “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Pembiayaan
Pendidikan di SMP Negeri 2 Tlogowungu” (Tesis). Prodi Magister Pendidikan, Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa .
Bandung: Angkasa.

Wahono, Romi Satria. 2008. “7 Langkah Mudah Membuat Multimedia Pembelajaran.” http://romisatriawahono.net/2008/03/01/. Diakses Sabtu, 13 September 2008, 10.00 WIB.

Whitney, Anne; Blau, Sheridan; Bright, Alison; Cabe, Rosemary, 2008. “Beyond
Strategies: Teacher Practice, Writing Process, and the Influence of
Inquiry.”
The Internet Proquest Journal . English Education. Urbana, Vol. 40, Iss. 3; pg. 201,30 pgs. http:/proquest.umi.com/pgdweb?

Williamson, Edwin. 2007. “Borgers Against Peron: A Contextual Approach to
‘El Fin’.”
The Internet Proquest Journal . Romanic Review. New York,
Vol. 98, Iss. 2/3; pg. 275,23 pgs. http:/proquest.umi.com/pgdweb?


Wirajaya, Asep Yudha dkk.. 2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk
SMP/MTs Kelas VIII.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendsidikan
Nasional.

Yuliarti, Tutwuri. 2007. “Pemanfaatan Bianglala dalam Pembelajaran Menulis
Menulis Paragraf Narasi pada Siswa Kelas IV.”
Jurnal Pendidikan
Inovatif Volume 2, Nomor 2, Maret 2007.httpjurnaljpi.wordpress.com-
categorybahasaindonesia).pdf. Diakses 10 Juli 2008, 10.15 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modul 8 PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA SEKOLAH DASAR

Modul 9 Kamus