Modul 9 Kamus

KB 1 Hakikat dan Manfaat Kamus
Kamus (qamus jamaknya qawamis bahasa Arab, okeanos bahasa Yunani) berarti lautan atau wadah pengetahuan, khususnya pengetahuan bahasa, yang tidak terhingga dalam dan luasnya.

Menurut KBBI (1995:438), kamus berarti (1) buku acuan yang memuat kata dan ungkapan yang biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang maknanya, pemakaiannya atau terjemahannya; (2) buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya.

Menurut Badudu-Zain (1994), kamus diartikan sebagai buku yang berisi daftar kosakata suatu bahasa secara lengkap, tersususun secara alfabetis, dan diberi penjelasan serta contoh pemakaiannya apabila perlu.

Keraf (1986) kamus merupakan buku referensi yang memuat daftar kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa yang disusun secara alfabetis disertai keterangan bagaimana menggunakan kata itu. Halaman 9.4

Dilihat dari bahasa yang digunakan kamus dibagi tiga sbb.
(1) Kamus ekabahasa adalah kamus yang memuat kosakata suatu bahasa yang disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya di dalam kalimat dalam bahasa yang sama.
(2) Kamus dwibahasa adalah kamus yang memuat kata atau gabungan kata suatu bahasa yang disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya di dalam bahasa lain, yang menjadi bahasa sasaran.
(3) kamus aneka bahasa (multibahasa) adalah kamus yang memuat daftar kata dengan padanannya dalam lebih dari dua bahasa yang berbeda. Halaman 9.4 – 9.5

Manfaat Kamus
Selain menjadi lambang kebanggaan suatu bangsa, kamus mempunyai fungsi dan kegunaan praktis. Bertindak sebagai wasit dalam pertandingan (mengatakan secara tegas apakah suatu kata benar atau tidak). Untuk mempelajari bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata. Untuk mencari konsep makna kata yang tepat untuk suatu konsep istilah lain. Membantu memahami sebuah wacana. Misalnya untuk memahami kata amandemen dalam kalimat Pada persidangan pertama tahun 2003 DPR akan mengamendemen UUD 1945. Halaman 9.6

a.men.de.men /amendemén/ n 1 usul perubahan rancangan undang-undang yang dibicarakan dalam Dewan Perwakilan Rakyat ; 2 penambahan pada bagian yang sudah ada.

Sehubungan dengan hal tersebut, kamus berfungsi sebagai petunjuk bagi masyarakat pemakai bahasa Indonesia untuk mengetahui seluk beluk bahasa dan sumber acuan yang dipakai sebagai pola panutan pemakainya, baik dalam segi ejaan, bentuk dan makna kata, serta struktur kalimat.

Bagi murid-murid SD kamus berfungsi mengatasi kesulitan ketika mereka menemukan kata-kata sukar dalam buku pelajaran. Halaman 9.6

Kamus bahasa Indonesia yang baik dapat berfungsi sebagai
1. buku petunjuk mengenai cara-cara penulisan penyukuan kata;
2. buku petunjuk mengenai makna kata;
3. buku petunjuk mengenai pelafalan kata;
4. buku tata bahasa sederhana;
5. buku petunjuk mengenai kata dalam kalimat dan pemakaian kata pada tingkat, bidang, daerah tertentu;
6. buku sumber data yang dapat dipilih untuk dimanfaatkan;
7. kamus sinonim dan antonim;
8. kamus frase, ungkapan, dan peribahasa; 9. kamus istilah; dan
10. buku sumber ilmu pengetahuan sederhana. Halaman 9.6 – 9.7

KB 2 Penyusunan Kamus Sederhana
A. Tahap-tahap Penyusunan Kamus
1. Persiapan
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data (Pemeriksaan Ulang Urutan Abjad,Penyeleksian Data, Klasifikasi Data, Pemberian Definisi, dan Penyuntingan Hasil Pemberian Definisi)
4. Pengetikan Kartu Induk
5. Penyusunan Kartotek
6. Pengetikan Naskah
7. Koreksi Naskah
8. Cetak Coba
9. Koreksi Cetak Coba
10. Reproduksi Kamus

B. Susunan Kamus
C. Petunjuk Pemakaian Kamus Sekolah Dasar
D. Lambang Kelas Kata

Persiapan
a. Penyediaan alat-alat tulis
b. Penyediaan sumber data (buku pelajaran, media massa cetak, dan kamus- kamus sejenis)
c. Penyediaan bahan sumber rujukan (kamus dan ensiklopedi bahasa Indonesia, daerah, maupun asing). Halaman 9.12

Pengumpulan Data
Pengetahuan dasar yang perlu dimiliki oleh pengumpul data ialah dasar-dasar morfologi, terutama morfologi bahasa yang menjadi sasaran garapannya. Data baik kata dasar maupun kata jadian ditulis pada sebuah kartu. Data yang diambil hendaklah disertai konteks kalimat atau frase yang dapat mendukung makna itu. Halaman 9.13

Dalam pengkartuan data, kode sumber data dan pengkartuan data dicantumkan pada kartu data di sebelah bawah. Kode-kode dibuat dalam bentuk singkatan.

Data yang sudah terkumpul diatur menurut abjad per kelompok kata. Halaman 9.14

Pengolahan Data
Pemeriksaan urutan abjad
b. Penyeleksian data data yang sudah diadjadkan menurut kelompok data dan kelompok makna diteliti serta dikaji dari segi mutu data, bentuk serta makna, dan frekuensi pemakaian. Halaman 9.17
c. Klasifikasi data diberi label klasifikasi menurut kategori gramatikal, pembidangan kata, sumber pemungutan kata, ragam bahasa, dan label klasifikasi lain yang diperlukan. Halaman 9.17
d. Pemberian definisi
1. Kesejajaran anatara entry yang akan diberi batasan dan deskripsi makna yang diberikan.
2. Deskripsi makna yang diberikan terhadap sebuah entry dapat menggantikan kedudukan entry itu dalam kalimat contoh pemakaian entry.
3. Deskripsi makna dapat menyebutkan ciri-ciri semantik terpenting suatu kata/kelompok kata dan pengelompokkannya ke dalam golongan terdekat yang bertalian dan membedakannya dari ciri-ciri semantik satuan leksikal yang lain

e. Penyuntingan hasil pemberian definisi

Pengetikan Kartu Induk
Kartu induk adalah kartu-kartu entry yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan kamus. Kartu-kartu hasil penyuntingan pemberian definisi diketik pada kertas manila berukuran ± 15 X 10 cm. Contoh kartu induk berupa entry pokok, subentry, gabungan kata, dan peribahasa. Halaman 9.18

Penyusunan Kartotek
Kartotek yaitu kartu-kartu manila yang berupa kartu induk kamus disusun menurut abjad dan diatur sesuai dengan susunan entry yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penyusunan kamus. Halaman 9.19

Pengetikan Naskah Halaman 9.19
Koreksi Naskah Halaman 9.19
Cetak Coba Halaman 9.19

Susunan Kamus
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. kemudahan bagi pemakai kamus,
2. kemanfaatan bagi pemakai kamus,
3.kepraktisan bagi pemakai kamus,
4. pembinaan dan pengembangan bahasa, dan
5. tujuan penyusunan kamus. Halaman 9.20

Mudah artinya tidak menimbulkan kesulitan bagi pemakai bermanfaat berarti banyak sekali hal-hal yang dapat diperoleh pemakai, sedangkan praktis artinya tidak banyak liku-liku serta mudah memakainya. Halaman 9.20 1.

Kata Dasar dan Bentuk Dasar
Kata dasar atau bentuk dasar yang menjadi dasar dari segala bentukan kata (kata jadian) diperlakukan sebagai subentry.

2. Kata Ulang atau Bentuk Ulang.
a. Bentuk ulang murni yang menyatakan jamak untuk benda, seperti meja-meja, orang-orang, rumah-rumah, kamus-kamus tidak dimuat sebagai entry.
b. Bentuk ulang semu, seperti kupu-kupu, kuda-kuda, laba-laba dapat diperlakukan sebagai entry pokok.
c. Bentuk ulang yang bukan perulangan semu melainkan perulangan yang menyatakan proses, seperti melihat-lihat, berlari-lari, kejar- mengejar, tembak-menembak dapat diperlakukan sebagai subentry dan diletakkan langsung sesudah bentuk kata yang diulang.
d. Bentuk ulang, seperti bolak-balik, bolang-baling, compang-camping, dan pontang-panting yang salah satu unsur pembentuk katanya mempunyai bentuk jadian seperti berbalik, berbaling, bercamping, berpantingan dapat diperlakukan sebagai subentry dan diletakkan sesudah entry yang menjadi dasar bentuk ulang itu.
e. Bentuk ulang seperti centang-perentang, porak-poranda, morat- marit, yang masing-masing unsur pembentuk katanya tidak berderivasi dapat diperlakukan sebagai entry pokok. Halaman 9.22

3. Gabungan Kata a.
Gabungan kata atau kelompok kata yang merupakan frase-idiomatis atau tidak, berimbuhan atau tidak ----- yang tidak berderivasi tidak diperlakukan sebagai entry pokok. Gabungan kata itu diperlakukan sebagai contoh pemakaian yang berupa frase yang diberi penjelasan. Letaknya langsung di bawah entry pokok , yaitu kata pertama unsur pembentuk kata gabungan itu. Jika ternyata gabungan kata atau frase dibentuk lebih dari satu, disusun berderet ke samping secara berurutan menurut abjad. Halaman 9.22 b.

Gabungan kata yang berderivasi—baik idiomatis maupun tidak– seperti ganggu gugat (mengganggu gugat, pengganggu gugat, jabat tangan (berjabat tangan), kambing hitam (mengkambinghitamkan) dapat diperlakukan sebagai entry pokok dan diikuti bentuk-bentuk derivasinya sebagai subentry gabungan kata itu. Halaman 9.23

C. Petunjuk Pemakaian Kamus Sekolah Dasar
1. Ejaan, menggunakan EYD (1991)
2. Kata Dasar, Kata Turunan atau Kata Jadian, dan Kata Ulang
contoh: Kata utama (kata dasar) ambil
Kata turuan (kata jadian) mengambil, mengambili,mengambilkan, pengambilan. Halaman 9.23 3.

Ortografi atau Lambang Bahasa
a. Garis hubung satu (-) dipakai untuk menghubungkan kata dalam bentuk perulangan kata.
b. Cetak miring, digunakan untuk menuliskan lambang kelas kata dan kalimat contoh pemakaian kata dasar maupun kata jadian, dan kata ulang.
c. Cetak tebal, dipakai untuk lambang kata dasar, kata jadian, dan angka untuk menyatakan makna artinya lebih dari
satu. Halaman 9.25
D. Lambang Kelas Kata
kata benda disingkat kb
kata kerja disingkat kk
kata sifat disingkat ks
kata sambung disingkat ksam
kata depan disingkat kd
kata bilangan disingkat kbil
kata ganti disingkat kg
kata keterangan disingkat kket
kata seru disingkat ksr
partikel disingkat p
kiasan disingkat ki .
Halaman 9.26

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Abstrak, Pendahuluan, Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka, serta Daftar Pustaka

Modul 8 PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA SEKOLAH DASAR